Teori ini dikembangkan oleh
David Kolb pada sekitar awal tahun 1980-an. Dalam teorinya, Kolb mendefinisikan
belajar sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi
pengalaman. Pengetahuan dianggap sebagai perpaduan antara memahami dan mentransformasi
pengalaman.
Experiential Learninng Theory
kemudian menjadi dasar model pembelajaran experiential learning yang menekankan
pada sebuah model pembelajaran yang holistik dalam proses belajar.
Pengalaman kemudian mempunyai peran sentral dalam proses belajar.
Pengalaman kemudian mempunyai peran sentral dalam proses belajar.
Kolb membagi belajar menjadi 4
tahap, yaitu :
1) Tahap pengamalan konkrit (Concrete Experience)
Merupakan tahap paling awal, yakni seseorang mengalami sesuatu peristiwa sebagaimana adanya (hanya merasakan, melihat, dan menceritakan kembali peristiwa itu).Dalam tahap ini seseorang belum memiliki kesadaran tentang hakikat peristiwa tersebut, apa yang sesungguhnya terjadi, dan mengapa hal itu terjadi.
2) Tahap Pengalaman Aktif dan Reflektif (Reflection Observation)
Pada tahap ini sudah ada observasi terhadap peristiwa yang dialami, mencari jawaban, melaksanakan refleksi, mengembangkan pertanyaan- pertanyaan bagaimana peristiwa terjadi, dan mengapa terjadi.
3) Tahap Konseptualisasi (Abstract Conseptualization)
Pada tahap ini seseorang sudah berupaya membuat sebuah abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, prosedur tentang sesuatu yang sedang menjadi objek perhatian.
4) Tahap Eksperimentasi Aktif (Active Experimentation)
Pada tahap ini sudah ada upaya melakukan eksperimen secara aktif, dan mampu mengaplikasikan konsep, teori ke dalam situasi nyata.
Pada dasarnya, orang yang sedang belajar, mereka tidak akan sadar bahwa tahap-tahap
tersebut berlangsung pada diri
mereka (begitu saja terjadi).
Experiential Learning merupakan
model pembelajaran yang sangat memperhatikan perbedaan atau keunikan yang
dimiliki oleh para siswa, oleh karena itu model ini memiliki
tujuan untuk mengakomodasi perbedaan dan keunikan yang dimiliki oleh
masing-masing individu. Dengan mengamati inventori gaya belajar (learning style
inventory) yang dikembangkan masing-masing siswa, David Kolb mengklasifikasikan
gaya belajar seseorang menjadi empat kategori sebagai berikut:
a. Converger
Kombinasi dari berfikir dan berbuat (thinking and doing). Anak dengan tipe ini biasanya mempunyai kemampuan yang unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Biasanya mereka punya kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Mereka juga cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif) daripada masalah sosial atau hubungan antar pribadi. Mereka tertarik pada ilmu pengetahuan alam dan teknik.
Kombinasi dari berfikir dan berbuat (thinking and doing). Anak dengan tipe ini biasanya mempunyai kemampuan yang unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Biasanya mereka punya kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Mereka juga cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif) daripada masalah sosial atau hubungan antar pribadi. Mereka tertarik pada ilmu pengetahuan alam dan teknik.
b. Diverger
Kombinasi dari perasaan dan pengamatan (feeling and watching). Anak dengan tipe ini unggul dalam melihat situasi kongkret dari berbagai sudut pandang yang berbeda dan kemudian menghubungkannya menjadi suatu kesatuan yang utuh. Pendekatannya pada setiap situasi adalah “mengamati” dan bukan “bertindak”. Anak dengan tipe ini lebih suka berhubungan dengan manusia dan mereka juga menyukai tugas belajar yang menuntutnya untuk menghasilkan ide-ide (brainstorming). Mereka lebih suka mendalami bahasa, kesusastraan, sejarah dan ilmu-ilmu sosial lainnya serta suka sekali mengumpulkan berbagai informasi.
c. Assimilation
Kombinasi dari berpikir dan mengamati (thinking and watching). Anak dengan tipe ini lebih tertarik pada konsep-konsep yang abstrak. Anak dengan tipe ini tidak terlalu memperhatikan penerapan praksis dari ide-ide mereka dan mereka juga kurang perhatian pada orang lain, mereka juga cenderung lebih teoritis. Bidang studi yang diminati adalah bidang keilmuan(science) dan matematika.
Kombinasi dari berpikir dan mengamati (thinking and watching). Anak dengan tipe ini lebih tertarik pada konsep-konsep yang abstrak. Anak dengan tipe ini tidak terlalu memperhatikan penerapan praksis dari ide-ide mereka dan mereka juga kurang perhatian pada orang lain, mereka juga cenderung lebih teoritis. Bidang studi yang diminati adalah bidang keilmuan(science) dan matematika.
d. Accomodator
Kombinasi dari perasaan dan tindakan (feeling and doing). Anak dengan tipe ini memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang mereka lakukan sendiri, serta rminat pada pengembangan konse-konsep. Anak dengan tipe ini berminat pada hal-hal yang konkret dan eksperimen dan mereka juga suka membuat rencana dan melibatkan dirinya dalam berbagai pengalaman baru dan menantang. Mereka cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi / dorongan hati daripada berdasarkan analisa logis. Bidang studi yang sesuai untuk tipe ini adalah lapangan usaha dan teknik sedangkan pekerjaan yang sesuai antara lain penjualan dan pemasaran.
Kombinasi dari perasaan dan tindakan (feeling and doing). Anak dengan tipe ini memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang mereka lakukan sendiri, serta rminat pada pengembangan konse-konsep. Anak dengan tipe ini berminat pada hal-hal yang konkret dan eksperimen dan mereka juga suka membuat rencana dan melibatkan dirinya dalam berbagai pengalaman baru dan menantang. Mereka cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi / dorongan hati daripada berdasarkan analisa logis. Bidang studi yang sesuai untuk tipe ini adalah lapangan usaha dan teknik sedangkan pekerjaan yang sesuai antara lain penjualan dan pemasaran.
Dari keempat gaya tersebut,
tidak berarti manusia harus digolongkan secara permanen dalam masing-masing
kategori. Menurut Kolb, belajar merupakan suatu perkembangan yang melalui tiga
fase yaitu, pengumpulan pengetahuan (acquisition), pemusatan perhatian pada
bidang tertentu (specialization) dan menaruh minat pada bidang yang kurang
diminati sehingga muncul minat dan tujuan hidup baru. Sehingga, walaupun pada
tahap awal individu lebih dominan pada gaya belajar tertentu, namun pada proses
perkembangannya diharapkan mereka dapat mengintegrasikan semua kategori
belajar.
David A.
Kolb
David A. Kolb lahir pada tahun 1939. Dia dilahirkan di
Amerika. Dia adalah teoretikus pendidikan yang meneliti dibidang
kepentingan dan publikasi fokus pada pengalaman belajar , dan perubahan
sosial individu, pengembangan karir, dan eksekutif dan pendidikan profesional.
Dia adalah pendiri dan ketua Pengalaman Pembelajaran Berbasis Systems, Inc
(EBLS) , dan Profesor Perilaku Organisasi dalam Weatherhead School of
Management , Case Western Reserve University , Cleveland, Ohio .
Kolb memperoleh gelar BA dari Knox College pada tahun 1961
dan gelar MA dan Ph.D. dari Harvard University pada tahun 1964 dan 1967
masing-masing, dalam psikologi sosial . Pada awal 1970-an, Kolb dan Ron Fry
(sekarang baik di Weatherhead School of Management ) mengembangkan Experiential
Learning Model (ELM),[1]
Dia bernama modelnya untuk menekankan hubungan dengan
ide-ide dari John Dewey , Jean Piaget , Kurt Lewin , dan penulis lain tentang
pengalaman belajar paradigma.
Kolb terkenal di kalangan pendidikan untuk nya Gaya
Belajar Inventory (LSI). model-Nya dibangun di atas gagasan bahwa preferensi
belajar dapat digambarkan dengan menggunakan dua continuums: observasi
eksperimentasi-reflektif aktif dan pengalaman konsep abstrak-konkret.
Hasilnya adalah empat jenis peserta didik: converger
(konseptualisasi abstrak eksperimen-aktif), accommodator (pengalaman
percobaan-beton aktif), assimilator (konseptualisasi abstrak
observasi-reflektif), dan diverger (pengalaman pengamatan-beton reflektif).The
LSI dirancang untuk menentukan individu belajar.[2]
David Kolb adalah seorang filosof yang beraliran HUMANISTIK. Dimana aliran
ini lebih melihat pada sisi perkembangan manusia. Pendekatan ini melihat
kejadian, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal
yang positiv. Kemampuan yang bersifat positif ini yang disebut sebagai potensi
manusia. Dan para pendidik yang beraliran humanisme biasanya memfokuskan
pengajaran pada pembangunan kemampuan positif ini. Kemampuan positif ini erat
kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat pada domain afektif.
Teori humanisme merupakan konsep belajar yang lebih
melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Berfokus pada potensi
manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan
mengembangkan kemampuan tersebut.Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan
pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati
nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Psikologi
humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.[3]
Gaya belajar model Kolb terimplisit dalam resource based learning (belajar
berdasarkan sumber) yang mengajak siswa melakukan observasi untuk memecahkan
masalah. Menurut David Kold (dalam Nasution 2005:111), “Gaya belajar model Kolb
ialah gaya belajar yang melibatkan pengalaman baru siswa, mengembangkan
observasi/merefleksi, menciptakan konsep, dan menggunakan teori untuk
memecahkan masalah.” [4]
Model
Belajar Menurut David Kolb
model yang dikemukakan oleh David Kolb (Styles of Learning
Inventory, 1981).
Concrete Experience (CE)
"FEELING"
|
Accomodator = 4 a 1
= Diverger
|
Active
|
Reflective
Experimentation (AE)
=-d-===========-c-= Observation (RO)
"DOING"
|
"WATCHING"
|
Converger = 3 b 2 =
Assimilator
|
Abstract Conceptualization (AC)
"THINKING"
David Kolb mengemukakan adanya empat kutub (a-d)
kecenderungan seseorang dalam proses belajar, kutub-kutub tersebut antara lain:
1.
Kutub
Perasaan / FEELING (Concrete Experience).
Anak belajar melalui perasaan,
dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret, lebih mementingkan relasi
dengan sesama dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Dalam proses
belajar, anak cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan
yang dihadapinya.
2.
Kutub
Pemikiran/THINKING (Abstract Conceptualization).
Anak belajar melalui pemikiran
dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan sistematis,
dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang dihadapi. Dalam proses
belajar, anak akan mengandalkan perencanaan sistematis serta mengembangkan
teori dan ide untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
3.
Kutub
Pengamatan/WATCHING (Reflective Observation).
Anak belajar melalui
pengamatan, penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari
berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal yang diamati. Dalam
proses belajar, anak akan menggunakan pikiran dan perasaannya untuk membentuk
opini/pendapat.
4.
Kutub
Tindakan/DOING (Active Experimentation).
Anak belajar melalui tindakan,
cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil
resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya. Dalam proses belajar,
anak akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan, pengaruhnya
pada orang lain, dan prestasinya.
Menurut Kolb, tidak ada
individu yang gayabelajarnya secara
mutlak didominasi oleh salah satu saja dari kutub di atas. Yang biasanya terjadi adalah kombinasi dari dua kutub dan
membentuk satu kecenderungan gaya belajar.
Empat kutub di atas membentuk empat kombinasi gayabelajar. Pada model di atas, empat kombinasi gayabelajar diwakili oleh angka 1 hingga
4, dengan penjelasan seperti di bawah ini:
http://takberhentiberharap.wordpress.com/2011/05/11/aliran-humanistik-david-a-kolb/
David Kolb adalah salah satu seorang filosof yang
beraliran HUMANISTIK, dia juga seorang
psikolog Amerika dan teori pendidikan.
David Kolb paling dikenal karena penelitian gaya
belajar dan belajar pengalaman. Teori ini dikembangkan oleh
David Kolb pada sekitar awal tahun 1980-an. Dalam teorinya, Kolb mendefinisikan
belajar sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi
pengalaman. Pengetahuan dianggap sebagai perpaduan antara memahami dan mentransformasi
pengalaman. Experiential Learninng Theory kemudian menjadi dasar model
pembelajaran experiential learning
yang menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holistik dalam proses
belajar. Pengalaman kemudian mempunyai peran sentral dalam proses belajar.
Gaya belajar model David A. Kolb terimplisit dalam resource based learning (belajar
berdasarkan sumber) yang mengajak siswa melakukan observasi untuk memecahkan
masalah. Menurut David Kold (dalam Nasution 2005:111), “Gaya belajar model Kolb
ialah gaya belajar yang melibatkan pengalaman baru siswa, mengembangkan
observasi/merefleksi, menciptakan konsep, dan menggunakan teori untuk
memecahkan masalah”.
. PANDANGAN KOLB (EXPERIENTIAL LEARNING THEORY)
Teori ini dikembangkan oleh David Kolb pada sekitar awal tahun 1980-an. Dalam teorinya, Kolb mendefinisikan belajar sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman. Pengetahuan dianggap sebagai perpaduan antara memahami dan mentransformasi pengalaman.
Teori ini dikembangkan oleh David Kolb pada sekitar awal tahun 1980-an. Dalam teorinya, Kolb mendefinisikan belajar sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman. Pengetahuan dianggap sebagai perpaduan antara memahami dan mentransformasi pengalaman.
Experiential Learninng Theory kemudian menjadi dasar model
pembelajaran experiential learning yang menekankan pada sebuah model
pembelajaran yang holistik dalam proses belajar. Pengalaman kemudian mempunyai
peran sentral dalam proses belajar.
Lebih lanjut, Kolb membagi belajar menjadi 4 tahap :
1) Tahap pengamalan konkrit (Concrete Experience)
Merupakan tahap paling awal, yakni seseorang mengalami sesuatu peristiwa sebagaimana adanya (hanya merasakan, melihat, dan menceritakan kembali peristiwa itu).Dalam tahap ini seseorang belum memiliki kesadaran tentang hakikat peristiwa tersebut, apa yang sesungguhnya terjadi, dan mengapa hal itu terjadi.
2) Tahap Pengalaman Aktif dan Reflektif (Reflection Observation)
Pada tahap ini sudah ada observasi terhadap peristiwa yang dialami, mencari jawaban, melaksanakan refleksi, mengembangkan pertanyaan- pertanyaan bagaimana peristiwa terjadi, dan mengapa terjadi.
3) Tahap Konseptualisasi (Abstract Conseptualization)
Pada tahap ini seseorang sudah berupaya membuat sebuah abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, prosedur tentang sesuatu yang sedang menjadi objek perhatian.
4) Tahap Eksperimentasi Aktif (Active Experimentation)
Pada tahap ini sudah ada upaya melakukan eksperimen secara aktif, dan mampu mengaplikasikan konsep, teori ke dalam situasi nyata.
1) Tahap pengamalan konkrit (Concrete Experience)
Merupakan tahap paling awal, yakni seseorang mengalami sesuatu peristiwa sebagaimana adanya (hanya merasakan, melihat, dan menceritakan kembali peristiwa itu).Dalam tahap ini seseorang belum memiliki kesadaran tentang hakikat peristiwa tersebut, apa yang sesungguhnya terjadi, dan mengapa hal itu terjadi.
2) Tahap Pengalaman Aktif dan Reflektif (Reflection Observation)
Pada tahap ini sudah ada observasi terhadap peristiwa yang dialami, mencari jawaban, melaksanakan refleksi, mengembangkan pertanyaan- pertanyaan bagaimana peristiwa terjadi, dan mengapa terjadi.
3) Tahap Konseptualisasi (Abstract Conseptualization)
Pada tahap ini seseorang sudah berupaya membuat sebuah abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, prosedur tentang sesuatu yang sedang menjadi objek perhatian.
4) Tahap Eksperimentasi Aktif (Active Experimentation)
Pada tahap ini sudah ada upaya melakukan eksperimen secara aktif, dan mampu mengaplikasikan konsep, teori ke dalam situasi nyata.
Pada dasarnya, tahap-tahap tersebut berlangsung diluar
kesadaran orang yang belajar, (begitu saja terjadi).
Experiential Learning merupakan model pembelajaran yang
sangat memperhatikan perbedaan atau keunikan yang dimiliki siswa, karenanya
model ini memiliki tujuan untuk mengakomodasi perbedaan dan keunikan yang
dimiliki oleh masing-masing individu. Dengan mengamati inventori gaya belajar
(learning style inventory) yang dikembangkan masing-masing siswa, David Kolb
mengklasifikasikan gaya belajar seseorang menjadi empat kategori sebagai
berikut:
a. Converger
Tipe ini lebih suka belajar jika menghadapi soal yang mempunyai jawaban tertentu. Orang dengan tipe ini tidak emosional dan lebih suka menghadapi benda daripada manusia. Mereka tertarik pada ilmu pengetahuan alam dan teknik.
b. Diverger
Tipe ini memandang sesuatu dari berbagai segi dan kemudian menghubungkannya menjadi suatu kesatuan yang utuh. Orang dengan tipe ini lebih suka berhubungan dengan manusia. mereka lebih suka mendalami bahasa, kesusastraan, sejarah dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
c. Assimilation
Tipe ini lebih tertarik pada konsep-konsep yang abstrak. Orang dengan tipe ini tidak terlalu memperhatikan penerapan praksis dari ide-ide mereka. Bidang studi yang diminati adalah bidang keilmuan(science) dan matematika.
d. Accomodator
Tipe ini berminat pada penngembangan konse-konsep. Orang dengan tipe ini berminat pada hal-hal yang konkret dan eksperimen. Bidang studi yang sesuai untuk tipe ini adalah lapangan usaha dan teknik sedangkan pekerjaan yang sesuai antara lain penjualan dan pemasaran.
Tipe ini lebih suka belajar jika menghadapi soal yang mempunyai jawaban tertentu. Orang dengan tipe ini tidak emosional dan lebih suka menghadapi benda daripada manusia. Mereka tertarik pada ilmu pengetahuan alam dan teknik.
b. Diverger
Tipe ini memandang sesuatu dari berbagai segi dan kemudian menghubungkannya menjadi suatu kesatuan yang utuh. Orang dengan tipe ini lebih suka berhubungan dengan manusia. mereka lebih suka mendalami bahasa, kesusastraan, sejarah dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
c. Assimilation
Tipe ini lebih tertarik pada konsep-konsep yang abstrak. Orang dengan tipe ini tidak terlalu memperhatikan penerapan praksis dari ide-ide mereka. Bidang studi yang diminati adalah bidang keilmuan(science) dan matematika.
d. Accomodator
Tipe ini berminat pada penngembangan konse-konsep. Orang dengan tipe ini berminat pada hal-hal yang konkret dan eksperimen. Bidang studi yang sesuai untuk tipe ini adalah lapangan usaha dan teknik sedangkan pekerjaan yang sesuai antara lain penjualan dan pemasaran.
Dari keempat gaya tersebut, tidak berarti manusia harus
digolongkan secara permanen dalam masing-masing kategori. Menurut Kolb, belajar
merupakan suatu perkembangan yang melalui tiga fase yaitu, pengumpulan
pengetahuan (acquisition), pemusatan perhatian pada bidang tertentu
(specialization) dan menaruh minat pada bidang yang kurang diminati sehingga
muncul minat dan tujuan hidup baru. Sehingga, walaupun pada tahap awal individu
lebih dominan pada gaya belajar tertentu, namun pada proses perkembangannya
diharapkan mereka dapat mengintegrasikan semua kategori belajar.
Filed
under: Uncategorized
— Leave
a comment
May 11, 2011
David A.
Kolb
David A. Kolb lahir pada tahun 1939. Dia dilahirkan di
Amerika. Dia adalah teoretikus pendidikan yang meneliti dibidang
kepentingan dan publikasi fokus pada pengalaman belajar , dan perubahan
sosial individu, pengembangan karir, dan eksekutif dan pendidikan profesional.
Dia adalah pendiri dan ketua Pengalaman Pembelajaran Berbasis Systems, Inc
(EBLS) , dan Profesor Perilaku Organisasi dalam Weatherhead School of
Management , Case Western Reserve University , Cleveland, Ohio .
Kolb memperoleh gelar BA dari Knox College pada tahun 1961
dan gelar MA dan Ph.D. dari Harvard University pada tahun 1964 dan 1967
masing-masing, dalam psikologi sosial . Pada awal 1970-an, Kolb dan Ron Fry
(sekarang baik di Weatherhead School of Management ) mengembangkan Experiential
Learning Model (ELM),[1]
Dia bernama modelnya untuk menekankan hubungan dengan
ide-ide dari John Dewey , Jean Piaget , Kurt Lewin , dan penulis lain tentang
pengalaman belajar paradigma.
Kolb terkenal di kalangan pendidikan untuk nya Gaya
Belajar Inventory (LSI). model-Nya dibangun di atas gagasan bahwa preferensi
belajar dapat digambarkan dengan menggunakan dua continuums: observasi
eksperimentasi-reflektif aktif dan pengalaman konsep abstrak-konkret.
Hasilnya adalah empat jenis peserta didik: converger
(konseptualisasi abstrak eksperimen-aktif), accommodator (pengalaman
percobaan-beton aktif), assimilator (konseptualisasi abstrak
observasi-reflektif), dan diverger (pengalaman pengamatan-beton reflektif).The
LSI dirancang untuk menentukan individu belajar.[2]
David Kolb adalah seorang filosof yang beraliran HUMANISTIK. Dimana aliran
ini lebih melihat pada sisi perkembangan manusia. Pendekatan ini melihat
kejadian, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal
yang positiv. Kemampuan yang bersifat positif ini yang disebut sebagai potensi
manusia. Dan para pendidik yang beraliran humanisme biasanya memfokuskan
pengajaran pada pembangunan kemampuan positif ini. Kemampuan positif ini erat
kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat pada domain afektif.
Teori humanisme merupakan konsep belajar yang lebih
melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Berfokus pada potensi
manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan
mengembangkan kemampuan tersebut.Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan
pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,
perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Psikologi humanisme
memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.[3]
Gaya belajar model Kolb terimplisit dalam resource based learning
(belajar berdasarkan sumber) yang mengajak siswa melakukan observasi untuk
memecahkan masalah. Menurut David Kold (dalam Nasution 2005:111), “Gaya belajar
model Kolb ialah gaya belajar yang melibatkan pengalaman baru siswa,
mengembangkan observasi/merefleksi, menciptakan konsep, dan menggunakan teori
untuk memecahkan masalah.” [4]
Dia juga menggolonmgkan tahapan-tahapan belajar menjadi 4
tahap, yaitu:
A. Tahap
pengalaman konkret
Pada tahap paling awal dalam peristiwa belajar adalah
seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian
sebagaimana adanya.
B. Tahap
pengamatan aktif dan reflektif
Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah bahwa seseorang
makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap
peristiwa yang dialaminya.
C. Tahap
konseptualisasi
Tahap ke tiga dalam peristiwa belajar adalah seseorang
sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori,
konsep, atau hokum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek
perhatiannya.
D. Tahap
eksperimen aktif
Tahap terakhir dari peristiwa belajar menurut Kolb adalah
malakukan eksperimentasi secara aktif.[5]
Model
Belajar Menurut David Kolb
model yang dikemukakan oleh David Kolb (Styles of Learning
Inventory, 1981).
Concrete Experience (CE)
"FEELING"
|
Accomodator = 4 a 1
= Diverger
|
Active
|
Reflective
Experimentation (AE)
=-d-===========-c-= Observation (RO)
"DOING"
|
"WATCHING"
|
Converger = 3 b 2 =
Assimilator
|
Abstract Conceptualization (AC)
"THINKING"
David Kolb mengemukakan adanya empat kutub (a-d)
kecenderungan seseorang dalam proses belajar, kutub-kutub tersebut antara lain:
2.
Kutub
Perasaan / FEELING (Concrete Experience).
Anak belajar melalui perasaan, dengan menekankan segi-segi
pengalaman kongkret, lebih mementingkan relasi dengan sesama dan sensitivitas
terhadap perasaan orang lain. Dalam proses belajar, anak cenderung lebih
terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan yang dihadapinya.
3.
Kutub
Pemikiran/THINKING (Abstract Conceptualization).
Anak belajar melalui pemikiran dan lebih terfokus pada
analisis logis dari ide-ide, perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual
dari situasi atau perkara yang dihadapi. Dalam proses belajar, anak akan
mengandalkan perencanaan sistematis serta mengembangkan teori dan ide untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
4.
Kutub
Pengamatan/WATCHING (Reflective Observation).
Anak belajar melalui pengamatan, penekanannya mengamati
sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu
menyimak makna dari hal-hal yang diamati. Dalam proses belajar, anak akan
menggunakan pikiran dan perasaannya untuk membentuk opini/pendapat.
5.
Kutub
Tindakan/DOING (Active Experimentation).
Anak belajar melalui tindakan, cenderung kuat dalam segi
kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang
lain lewat perbuatannya. Dalam proses belajar, anak akan menghargai
keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan, pengaruhnya pada orang lain, dan
prestasinya.
Menurut Kolb, tidak ada individu yanggayabelajarnya secara
mutlak didominasi oleh salah satu saja dari kutub tadi. Yang biasanya terjadi
adalah kombinasi dari dua kutub dan membentuk satu kecenderungan atau orientasi
belajar. Empat kutub di atas membentuk empat kombinasigayabelajar. Pada model
di atas, empat kombinasigayabelajar diwakili oleh angka 1 hingga 4, dengan
penjelasan seperti di bawah ini:
·
Gaya
Diverger.
Kombinasi dari perasaan dan pengamatan (feeling and
watching). Anak dengan tipe Diverger unggul dalam melihat situasi kongkret dari
banyak sudut pandang yang berbeda. Pendekatannya pada setiap situasi adalah
“mengamati” dan bukan “bertindak”. Anak seperti ini menyukai tugas belajar yang
menuntutnya untuk menghasilkan ide-ide (brainstorming), biasanya juga menyukai
isu budaya serta suka sekali mengumpulkan berbagai informasi.
·
Gaya
Assimillator.
Kombinasi dari berpikir dan mengamati (thinking and
watching). Anak dengan tipe Assimilator memiliki kelebihan dalam memahami
berbagai sajian informasi serta merangkumkannya dalam suatu format yang logis,
singkat, dan jelas. Biasanya anak tipe ini kurang perhatian pada orang lain dan
lebih menyukai ide serta konsep yang abstrak, mereka juga cenderung lebih
teoritis.
·
Gaya
Converger.
Kombinasi dari berfikir dan berbuat (thinking and doing).
Anak dengan tipe Converger unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai
ide dan teori. Biasanya mereka punya kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan. Mereka juga cenderung lebih menyukai tugas-tugas
teknis (aplikatif) daripada masalah sosial atau hubungan antar pribadi.
·
Gaya
Accomodator.
Kombinasi dari perasaan dan tindakan (feeling and doing).
Anak dengan tipe Accommodator memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil
pengalaman nyata yang dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan
melibatkan dirinya dalam berbagai pengalaman baru dan menantang. Mereka
cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi / dorongan hati daripada
berdasarkan analisa logis.[6]
[1]
Kolb, DA, Rubin, IM, McIntyre, JM (1974). Organisasi Psikologi: Sebuah Kitab
Bacaan, edisi 2.Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
[2]
Kolb. DA dan Fry, R. (1975) Menuju diterapkan teori pembelajaran pengalaman. di
C. Cooper (ed.) Teori Proses Group,London: John Wiley 1975.
[3]
Soemanto, wasty, Psikologi pendidikan edisi baru.Jakarta: Rineka cipta, 1998.
[5]
Soemanto, wasty, Psikologi pendidikan edisi baru.Jakarta: Rineka cipta, 1998.
[6]
Strategi Pendidikan, B.S. Sidjabat, M.Th., Ed.D., , halaman 79 – 81, Yayasan
Andi,Yogyakarta.
10 Maret 2014 pk. 10.12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar